Kota Melonguane, menurut beberapa orang yang ku temui disini. Dulunya adalah sebuah desa pesisir kecil, dan tak seramai saat sekarang setelah menjadi Ibukota Kabupaten Kepulauan Talaud. Desa ini bergerak berubah menjadi pusat pemerintahan dan menjadi kota bisnis, mennggantikan kota Beo dan Lirung yang dulunya adalah pusat bisnisnya disini. Aktivitas bisnisnya pun bisa berlangsung hingga larut sampai sekitar jam 10 malam, masih banyak ditemui pertokoan yang buka.
Selain sebagai pusat pemerintahan dan pusat bisnis yang baru, di kota ini juga dipusatkan pula pusat jalur transportasi baik udara maupun laut. Disini terdapat pelabuhan Melonguane, yang berada tepat di pusat kota, juga terdapat bandara udara Melonguane, yang dua hari sekali terdapat pesawat yang melayani penerbangan Melonguane - Manado.
Pusat Kota Melonguane
Inilah pusat kota Melonguane, meskipun tampak sepi dan hanya diramaikan oleh Bentor, namanya juga kota dikepulauan terpencil. Namun di kanan-kiri sepanjang jalan ini berdiri banyak ruko-ruko dan pertokoan yang menjual berbagai macam keperluan masyarakat Talaud. Harganya, tentunya agak sedikit mahal bila dibandingkan dengan di Manado.
Aktivitas Nelayan
Sebagai daerah kepulauan, tentu saja daerah ini kaya akan SDA terutama hasil tangkapan ikan. Dan tiap hari, puluhan ton ikan, dihasilkan dari hasil tangkapan nelayan di kepulauan ini. Sebagian kecil dikonsumsi sendiri dan di jual secara lokal, di pasar atau langsung di pantai saat kapal nelayan, orang sini menyebutnya sebagai "Pajeko", dan sebagian besar yang lain dikirim ke Manado atau langsung di ekspor ke luar negeri. Dan inilah saat kapal pajeko, mendarat dari tengah lautan dengan membawa hasil tangkapannya.
Perahu Ketinting, biasanya digunakan nelayan untuk mencari ikan hanya di sepanjang pesisir pantai, dan tidak bisa sampai ke tengah lautan yang luas
Menuju Lirung
Lirung adalah sebuah ibukota Kecamatan yang terletak di pulau Salibabu, yaitu sebuah Pulau tersendiri yang berada di seberang kota Melonguane. Sedangkan Melonguane dan kota Beo terletak di Pulau Karakelang, yaitu pulau terbesar di Talaud. Untuk menuju ke Lirung, menggunakan speedboat, dengan jarak tempuh kurang lebih 15 menit.
Ini adalah ketika saya menyebrang dari Melonguane menuju Lirung, dengan menggunakan jasa Taxi laut, dengan ongkos Rp. 30.000/0rg untuk speedboat yang kecil dengan kapasitas 4 penumpang. Sedangkan speedboat yang besar ongkosnya lebih murah, sekitar Rp. 20.000/org.Sesampai di tempat bersandar Speadboat di Lirung, langsung di sambut dengan sebuah menara yang berada di pinggir pantai.
Pelabuhan Kapal Ferry di Lirung, yang nampaknya belum lama dibangun dan belum beroprasional.
Salah satu sudut-sudut jalan di Lirung, yang masih tampak senyap dengan aktivitas lalu-lalang lalu lintas
Pusat Pertokoan di Lirung
Salah satu patung, tokoh pahlawan dari Lirung.
Aliran Kepercayaan Mussi
Di Pulau Salibabu, atau tepatnya sekitar 10 Km dari pusat Kota Lirung, terdapat sebuah tempat pemujaan aliran kepercayaan kuno, animisme dinamisme yang masih di anut oleh sebagian kecil masyarakat di sini, yaitu khususnya masyarakat yang tinggal di Desa Mussi. Tempat pemujaan ini berupa sebuah gua kecil, yang diatasnya terdapat hutan lebat dengan pohon-pohon yang besar. Saat rasa penasaran saya ingin mengetahui lebih jauh, ada apa diatas dari gua tersebut, karena disitu terdapat sebuah undak-undakkan untuk naik keatas. Namun tukang bentor yang mengantar saya melarang untuk naik di kawasan tersebut, karena saat itu tidak ada juru kunci yang biasanya menjaga tempat ini. Kesannya memang lumayan cukup angker di tempat yang disakralkan tersebut. Sehingga tukang bentor tersebut takut, kalau saya terjadi apa-apa disana, jika memaksa naik ke tempat itu. Sehingga aku pun mengurungkan niatku, dan hanya mengambil gambar dari bawah.
Gua Wuidduanne
Masih di sekitar tempat pemujaan Mussi, terdapat gua lain, yaitu Gua Wuidduane. dari papan nama yang terpasang di depannya, dikatakan disitu pernah ditemukan tiga rangka manusia penghuni awal pulau ini. Diantara kerangka-kerangka tersebut juga ditemukan benda-benda lain, berupa beberapa perhiasan kuno.Pulau Sara
Jika menuju ke Lirung dari Melonguane, akan melewati kedua pulau kecil yaitu Pulau Sara besar dan Pulau Sara Kecil. Kedua pulau ini lah yang selalu disuguhkan bagi pengunjung jika datang ke Talaud. Namun waktu itu karena alasan waktu, saya tidak sempat mengunjungi pulau ini. Katanya disini ada pula peninggalan berupa kubur kuno dari jaman pra sejarah, dan tentu saja yang ditawarkan adalah karena pasirnya yang putih bersih.Demikian sepenggal kisah penjejakan di Talaud. Semoga dapat berkenan dan memberi manfaat ketika anda akan merancanakan traveling kesana.
Salam Penjelajah.
Permisi, numpang nanya saya bulan September ini akan berkunjung ke Melonguane, untuk penginapan(Permata)tarifnya berapa ya ? jarak dari aiport jauh tidak ? fasilitasnya apa saja ? dan selain Penginapan Permata ada penginapan/hotel lain ?
BalasHapusterima kasih
Dear Mbak Antasia Putri
BalasHapusUntuk penginapan di Permata tarifnya relatif, tapi untuk kamar yang saya tempati di lantai bawah permalamnya Rp. 250.000,-/net tapi ada juga yang diatasnya itu. Fasilitas kamarmandi dalam, AC, TV dan sarapan.
jarak dari ariport tidak terlalu jauh, lalu saya hanya membayar Rp. 5000,- dengan menggunakan bentor.
Disekitar melonguane juga banyak berdiri penginapan2 lain, dengan rate yang sangat berfariasi.
demikian info dari saya, semoga bermanfaat.
Maaf, sekedar klarifikasi aja.Sebenarnya di wuidduanne bukan tempat pemujaan, karna tidak ada acara pujaan-puji disana.Dan perlu di ingat,tempat pemujaan (seperti kata bung Alviant) bukan di goa tapi di puncaknya atau biasa di sebut bukit.Wuidduanne artinya bukit duannne.
BalasHapusterima kasih.Salam...!
terima kasih klarifikasinya bung
HapusNumpang nanyak nih, penginapan permata nomor telponnya berapa ya. Thankyou
BalasHapusmaaf saya lupa catat nomer telephonnya Bude
HapusBoleh saya bertanya, apakah punya no telpon teman atau kenalan di Melonguane?
BalasHapus