Kamis, 21 Juli 2011

Ragam Talaud di Kota Lirung ( Jejak Talaud Part 3 - habis)

Masih lanjutan dari jejak-jejak sebelumnya..

Kota Melonguane, menurut beberapa orang yang ku temui disini. Dulunya adalah sebuah desa pesisir kecil, dan tak seramai saat sekarang setelah menjadi Ibukota Kabupaten Kepulauan Talaud. Desa ini bergerak berubah menjadi pusat pemerintahan dan menjadi kota bisnis, mennggantikan kota Beo dan Lirung yang dulunya adalah pusat bisnisnya disini. Aktivitas bisnisnya pun bisa berlangsung hingga larut sampai sekitar jam 10 malam, masih banyak ditemui pertokoan yang buka.
Selain sebagai pusat pemerintahan dan pusat bisnis yang baru, di kota ini juga dipusatkan pula pusat jalur transportasi baik udara maupun laut. Disini terdapat pelabuhan Melonguane, yang berada tepat di pusat kota, juga terdapat bandara udara Melonguane, yang dua hari sekali terdapat pesawat yang melayani penerbangan Melonguane - Manado.

Pusat Kota Melonguane

Inilah pusat kota Melonguane, meskipun tampak sepi dan hanya diramaikan oleh Bentor, namanya juga kota dikepulauan terpencil. Namun di kanan-kiri sepanjang jalan ini berdiri banyak ruko-ruko dan pertokoan yang menjual berbagai macam keperluan masyarakat Talaud. Harganya, tentunya agak sedikit mahal bila dibandingkan dengan di Manado.


Aktivitas Nelayan

Sebagai daerah kepulauan, tentu saja daerah ini kaya akan SDA terutama hasil tangkapan ikan. Dan tiap hari, puluhan ton ikan, dihasilkan dari hasil tangkapan nelayan di kepulauan ini. Sebagian kecil dikonsumsi sendiri dan di jual secara lokal, di pasar atau langsung di pantai saat kapal nelayan, orang sini menyebutnya sebagai "Pajeko", dan sebagian besar yang lain dikirim ke Manado atau langsung di ekspor ke luar negeri. Dan inilah saat kapal pajeko, mendarat dari tengah lautan dengan membawa hasil tangkapannya.
Kapal Pajeko saat kembali dari lautan, dengan penuh hasil tangkapan ikan langsung di serbu oleh pembeli ikan, dan langsung terjadi aktivitas transaksi di pinggir pantai Melonguane.


Perahu Ketinting, biasanya digunakan nelayan untuk mencari ikan hanya di sepanjang pesisir pantai, dan tidak bisa sampai ke tengah lautan yang luas


Menuju Lirung

Lirung adalah sebuah ibukota Kecamatan yang terletak di pulau Salibabu, yaitu sebuah Pulau tersendiri yang berada di seberang kota Melonguane. Sedangkan Melonguane dan kota Beo terletak di Pulau Karakelang, yaitu pulau terbesar di Talaud. Untuk menuju ke Lirung, menggunakan speedboat, dengan jarak tempuh kurang lebih 15 menit.
Ini adalah ketika saya menyebrang dari Melonguane menuju Lirung, dengan menggunakan jasa Taxi laut, dengan ongkos Rp. 30.000/0rg untuk speedboat yang kecil dengan kapasitas 4 penumpang. Sedangkan speedboat yang besar ongkosnya lebih murah, sekitar Rp. 20.000/org.


Sesampai di tempat bersandar Speadboat di Lirung, langsung di sambut dengan sebuah menara yang berada di pinggir pantai.


Pelabuhan Kapal Ferry di Lirung, yang nampaknya belum lama dibangun dan belum beroprasional.


Salah satu sudut-sudut jalan di Lirung, yang masih tampak senyap dengan aktivitas lalu-lalang lalu lintas


Pusat Pertokoan di Lirung


Salah satu patung, tokoh pahlawan dari Lirung.


Aliran Kepercayaan Mussi

Di Pulau Salibabu, atau tepatnya sekitar 10 Km dari pusat Kota Lirung, terdapat sebuah tempat pemujaan aliran kepercayaan kuno, animisme dinamisme yang masih di anut oleh sebagian kecil masyarakat di sini, yaitu khususnya masyarakat yang tinggal di Desa Mussi. Tempat pemujaan ini berupa sebuah gua kecil, yang diatasnya terdapat hutan lebat dengan pohon-pohon yang besar. Saat rasa penasaran saya ingin mengetahui lebih jauh, ada apa diatas dari gua tersebut, karena disitu terdapat sebuah undak-undakkan untuk naik keatas. Namun tukang bentor yang mengantar saya melarang untuk naik di kawasan tersebut, karena saat itu tidak ada juru kunci yang biasanya menjaga tempat ini. Kesannya memang lumayan cukup angker di tempat yang disakralkan tersebut. Sehingga tukang bentor tersebut takut, kalau saya terjadi apa-apa disana, jika memaksa naik ke tempat itu. Sehingga aku pun mengurungkan niatku, dan hanya mengambil gambar dari bawah.


Gua Wuidduanne
Masih di sekitar tempat pemujaan Mussi, terdapat gua lain, yaitu Gua Wuidduane. dari papan nama yang terpasang di depannya, dikatakan disitu pernah ditemukan tiga rangka manusia penghuni awal pulau ini. Diantara kerangka-kerangka tersebut juga ditemukan benda-benda lain, berupa beberapa perhiasan kuno.


Pulau Sara
Jika menuju ke Lirung dari Melonguane, akan melewati kedua pulau kecil yaitu Pulau Sara besar dan Pulau Sara Kecil. Kedua pulau ini lah yang selalu disuguhkan bagi pengunjung jika datang ke Talaud. Namun waktu itu karena alasan waktu, saya tidak sempat mengunjungi pulau ini. Katanya disini ada pula peninggalan berupa kubur kuno dari jaman pra sejarah, dan tentu saja yang ditawarkan adalah karena pasirnya yang putih bersih.


Taxi laut mengantar penumpang dari Melonguane ke Lirung


Mendarat lagi di pantai Melonguane dari Lirung.

KPTSP Talaud

Bersama Pimpinan dan Staf Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Talaud.


Penginapan Permata, tempat saya menginap di Talaud.


Bale ke Manado
Jalan menuju Kantor Bupati.


Jalan Menuju Bandara


Gerbang Bandara Melonguane


Airport Melonguane, ruang tunggu pemberangkatan. (Jangan dikira puskesma ya...heheh)


Pesawat yang ditunggu akhirnya mendarat di Bandara Melonguane


Bersiap memasuki pintu pesawat.

Meninggalkan Talaud, dan tampak dari atas Kota Melonguane dari atas udara.

Demikian sepenggal kisah penjejakan di Talaud. Semoga dapat berkenan dan memberi manfaat ketika anda akan merancanakan traveling kesana.

Salam Penjelajah.

Masih Seputar Penjejakan di Talaud (Part 2)

Melanjutkan kisah penjejakanku di Talaud pada 11 - 13 Mei 2011 lalu, berikut beberapa jepretan dan beberapa penggal cerita dari hasil berkelana disana.

Ini adalah kantor Bupati Talaud, berada di kompleks perkantoran yang katanya seluas 20 Hektar. Selain kantor bupati, di sekitar kantor tersebut juga ditempati beberapa kantor SKPD-SKPD lain, termasuk kantor pelayanan perizinan terpadu satu pintu, yang menjadi alasan kenapa aku pergi kesana.

Taxi laut, demikianlah sebutanku untuk speedboat-speedboat ini, yang siap mengantar dari Melonguane ke Lirung, atau ke pulau-pulau lain di sekitar Talaud.

Menunggu penumpang, tampak dari kejauhan KM. Valerine, yang melayani penyebrangan dari Talaud ke Manado, yang bersandar di Pelabuhan Melonguane.

Ini adalah pelabuhan kapal Ferry, namun saat saya kesana tidak ada kapal yang bersandar.

Keceriaan bocah pantai, mengingatkanku pada masa kecilku di Kepulauan Karimun Jawa-Jepara.

Parkir sambil menunggu penumpang ke Lirung. Untuk speedboat kecil, ongkos ke Lirung yang berada di seberang sana itu adalah Rp. 30.000,-/orang, dengan kapasitas 4 penumpang. Sedangkan speedboat yang besar Rp. 20.000,-/orang. dengan waktu tempuh sekitar 15 menit.

Ini adalah tugu monumen yang berada di tengah-tengah kota Melonguane.


Menikmati Indahnya Sunset
Menikmati indahnya senja di Pelabuhan Melonguane.



Menuju BEO

Beo adalah merupakan kota tuanya di Talaud, selain Lirung yang berada di pulau sebelahnya, bila dibandingkan dengan Melonguane, yang menjadi pusat kota setelah adanya pemekaran. Dahulu pusat bisnis dan pemerintahannya, ketika masih gabung dengan kabupaten Sanger Talaud ya di Beo ini.

Jarak dari Melonguane ke Beo sekitar 34 Km, dan ada beberapa jenis transportasi darat yang melayani kesana. Selain taxi plat hitam, ojek juga bis. Ketika aku melakukan penjelajahan kesana, sangat beruntung saya di pinjamin motor dinasnya Kepala Kantor PTSP Talaud. Lumayan bisa berkeliling ke beberapa tempat disini.
Ini adalah bis yang aku temui saat menuju Beo, tak menyangka ternyata di Talaud ada bisnya hehe.


Pantai Arangah yang pasirnya putih dan airnya jernih, ingin rasanya melakukan ritual pemandian disini.


Dermbaga Pelabuhan di Beo.


Antrian Bentor di pusat kota Beo.


Terminal Bis di Beo.

yang pasti masih ada lagi, sisa cerita penjejakanku di Talaud.. jadi tunggu lagi ya...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...