Jumat, 12 Maret 2010

Rawa Pening tak se pening nama dan sangkaannya.

Rawa Pening adalah sebuah danau yang terletak di Kabupaten Semarang Jawa Tengah, dengan luas 2.670 hektare, Danau ini menempati wilayah Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Rawa Pening terletak di cekungan terendah lereng Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran.


Namun danau ini telah mengalami pendangkalan akibat tumbuhnya tanaman enceng gondok dan gulma yang tak terkendali. Keberadaan enceng gondok yang menutupi hampir sebagian besar permukaan rawa ini lah yang terkadang membuat "pening" masyarakat dan pemerintah setempat. Karena perahu-perahu nelayan hampir tidak bisa melewati permukaan air karena tertutup tanaman tersebut. Berbagai upaya pernah dilakukan untuk memberantas enceng gondok tersebut. Bahkan pernah mendapat bantuan kapal pencacah enceng gondok dari pemerintah Belanda. Namun bukannya mati dan berkurang, tetapi tanaman tersebut semakin subur dan bertambah.


Keberadaan tamanan enceng gondok tersebut juga sempat menjadi musuh bersama oleh pemerintah Kabupaten Minahasa di Sulawesi Utara, karena tanaman itu cepat sekali berkembang biak dan Danau Tondano yang menjadi kebanggaan warga Minahasa hampir mengalami nasib serupa dengan Rawa Pening. Namun dengan program pemerintah setempat, akhirnya sekarang tanaman tersebut dapat terkendali.


Ditengah keputus asaan karena tidak bisa memberantas tanaman ini secara menyeluruh, akhirnya timbulan ide-ide kreatif dari masyarakat setempat yang menempati di pinggir-pinggir danau dengan memanfaatkan batang daun enceng gondok sebagai bahan-bahan kerajinan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sedangkan tanah gambut yang merupakan sisa-sisa tanaman dan gulma yang mati dan mengendap di dasar danau, diambil dan dimanfaatkan sebagai pupuk atau media untuk bertanam sayur dan jamur. Sehingga, keberadaan enceng gondok yang mulanya bikin pening, sekarang sudah tidak biking pening lagi. Bahkan masyarakat sudah dapat merasakan manfaatnya, tentunya dengan kerajinan dan ketekunan dalam merajut batang-batang enceng gondonk menjadi sebuah karya yang memiliki nilai jual.


Berikut kilasan foto yang kuambil pada akhir Desember tahun lalu, saat kembali mengenang tempatku dulu dalam melakukan studi sosial ekonomi di sekitar wilayah ini, saat masih menyandang status mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di kota Salatiga.



Danau Rawa Pening. Pada musim-musim tertentu permukaan air tersebut akan menghijau oleh hamparan tanaman enceng gondok yang menepi dibawa angin.



Tanah gambut merupakan sisa-sisa dari tanaman enceng gondok dan gulma yang mati dan membusuk dan mengendap di dasar danau. Warga setempat mengambilnya dengan perahu-perahu tongkang mereka untuk di jual kepada pembudi daya jamur dan sayuran untuk dijadikan media tanam dan pupuk organik.


Batang daun enceng gondok yang diambil oleh para nelayan atau masyarakat setempat dengan menggunakan perahu-perahu kecil di tengah danau, mereka kumpulkan untuk di jemur dan kemudian dianyam untuk dijadikan barang-barang kerajinan.



Dan inilah beberapa contoh kerajinan yang terbuat dari anyaman enceng gondok. Biasaya kerajinan-kerajinan ini dikerjakan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari ibu-ibu, atau masuk dalam industri rumah tangga. Produk-produk kerajinan tersebut sudah menembus pasaran dalam negeri maupun luar negeri.



3 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...