Ada satu yang menarik ketika ku pulang mudik pada akhir bulan Desember tahun lalu. Yaitu sebuah nasehat dari orang tuaku khususnya Ayahku yang selama ini jarang aku dengar wejangan-wejangan (nasehat) dari beliau, apalagi yang dihubung-hubungkan dengan ayat-ayat dalam alkitab. Karena ku tahu Beliau belum lama mengenal Yesus secara pribadi sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, dan merelakan diri di baptis pada Desember tahun 2008 lalu. Sekarang tanpa ku sadari beliau selama ini lebih rajin daripada aku dalam membaca dan merenungkan Firman Tuhan dalam Alkitab. Dan beliau lebih mendalami mempelajari filosofi-filosofi hidup yang diambil dari ayat-ayat alkitab tersebut.
Pada suatu ketika tiba-tiba beliau berkata, "jika kau mau hidup untuk masa depanmu, kamu harus belajar pada semut." Aku pun mencoba bertanya, "Kenapa aku harus belajar pada semut, makhluk kecil yang lemah dan mengganggu tersebut. Kenapa tidak kepada Prof. Dr.. atau kepada siapa kek orang yang lebih pintar". Namu ayahku dengan sabar menunjukan sesuatu kepadaku, yaitu pada sepotong kue yang jatuh di lantai rumahku. Remah-remah kue tersebut ternyata sudah di kerumuni oleh sekoloni semut kecil yang mengerubungi. Mereka membentuk barisan dari salah satu sudut rumahku, dan disana terdapat celah-celah lobang kecil dan mungkin ini adalah tempat sarangnya. Potongan kue tersebut berada di dekat meja makan berada beberapa meter dari sarang semut tersebut.
"coba kamu perhatikan tingkah laku semut-semut tersebut" Printah ayahku.
Aku pun mencoba mengamati dengan seksama tingkah dari semut-semut itu, seperti apa yang diperintahkan oleh ayahku.
Semut-semut itu berbaris rapi dari salah satu lobang kecil menuju pusat makanan yaitu kue tersebut. Setiap kali berpapasan dengan sesamanya, semut-semut tersebut seperti saling bersentuhan seperti menyapa satu sama lain dengan mendekatkan kepalanya masing-masing. Entah itu seperti bentuk komunikasi atau bentuk sapaan ala semut. Kemudian mereka mengerumuni potongan kue yang besarnya beberapa kali lipat dari besar tubuhnya. Sedikit demi sedikit potongan kue tersebut bergerak. Sungguh sesuatu yang menarik adalah mereka melakukannya dengan bergotong royong dan kerja sama team yang kompak. Semua personil semut nampaknya tak ada yang tinggal diam, mereka segera ambil bagian untuk saling membantu satu sama lain.
Jika ada remah-remah kecil yang tertinggal, segera teman-temannya yang lain membereskannya. Kelihatannya memang nampak seperti saling berebut makanan, namun jika diamati lebih lagi ternyata mereka tidak saling berebut. Mereka tahu perannya masing-masing dalam team. Jika remah-remah kecil tersebut tampak masih terlalu berat untuk diangkat sendiri, temannya yang lain segera datang untuk membantunya dan diangkat berdua bahkan bertiga.
Sedikit iseng, aku mencoba menghalangi jalannya semut tersebut dengan sebuah kalender meja, dengan maksud supaya mereka tidak dapat melewatinya. Namun tampaknya mereka tak kenal menyerah. Mereka tetap mencari cara dan jalan keluar dengan memanjat maupun memutarinya untuk menuju pada tujuannya.
Setelah mengamati beberapa saat, ayahku bertanya kepadaku "Apa yang kamu dapatkan dari yang diajarkan oleh semut-semut ini?" Jawabku "Mereka adalah makhluk pekerja keras, dan setiap mendapatkan pekerjaan yang berat mereka membangun team dan mengerjakannya secara bersama-sama. Mereka memiliki tingkat kepedulian yang tinggi satu sama lain. Dan mereka tidak mudah menyerah pada rintangan yang menghalanginya untuk menuju pada tujuan utamanya."
Setelah itu ayahku segera menyuruhku untuk mengambil Alkitab dan menyuruhku membuka pada Amsal 6 : 6 - 8 yang berbunyi "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak. Biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen."
Aku baru sadar, ternyata semut makhluk kecil, lemah dan kadang menjengkelkan serta menggangu tersebut memberi pelajaran berharga pada ku. Bahkan dalam Firman Tuhan secara tegas menyuruh kita yang selama ini bermalas-malas ria untuk segera belajar dan mencontoh semut, meskipun tidak ada yang menyuruh, tidak ada pimpinan atau boss yang mengawasi, mereka tetap bekerja keras mengumpulkan makanananya untuk masa-masa sulit secara bersama-sama. Pada salah satu sumber yang ku cuplik mengenai Filosofi Semut dalam dunia kerja disebutkan bahwa :
- Semut selalu bekerjasama
Mereka akan membawa makanan yang lebih berat dari berat tubuhnya bersama-sama untuk menuju sarangnya, kemudian mereka akan menyantapnya secara bersama-sama pula. Artinya setiap pekerjaan yang berat, tidak dapat dilakukan seorang diri, kita membutuhkan orang lain untuk mengerjakan secara bersama-sama. Dan kita juga harus menikmati berkat dari hasil upaya bersama itu juga bersama-sama. - Semut saling peduli
Semut selalu saling menyentuh satu sama lain setiap ketemu dengan sesamanya. Artinya semut mempunyai tingkat kepedulian dan kekerabatan yang tinggi. Mungkin jika dalam bahasa manusia mereka saling bertegur sapa atau bersalaman jika bertemu sesamanya. Artinya kita harus perduli dengan sesama, mengerti apa masalah yang dihadapi dan membantu apa yang menjadi kesulitannya. - Semut tidak mudah menyerah
Jika kita menghalang-halangi jalanya semut, ia akan selalu mencari cara dan jalan lain untuk menerobos, baik itu akan memanjat, masuk dalam celah-celah atau bahkan memutar. Artinya jangan menyerah pada satu tujuan yang telah ditetapkan. - Semut menganggap semua musim panas sebagai musim dingin
Ini adalah cara pandang yang penting. kita tidak boleh menjadi begitu naif dengan menganggap musim panas akan berlangsung sepanjang waktu. Semut-semut mengumpulkan makanan musim dingin mereka di pertengahan musim panas. Karena sangat penting bagi kita untuk bersikap realitis. Di musim panas kita harus memikirkan tentang halilintar. Kita seharusnya juga memikirkan badai sewaktu kita menikmati pasir dan sinar matahari. Artinya kita harus Berpikir ke depan, seperti halnya ’sedia payung sebelum hujan’. - Semut Menganggap Semua Musim Dingin Sebagai Musim Panas
Ini juga penting. Selama musim dingin, semut mengingatkan dirinya sendiri, “Musim dingin takkan berlangsung selamanya. Segera kita akan melalui masa sulit ini.” Maka ketika hari pertama musim semi tiba, semut-semut keluar dari sarangnya. Dan bila cuaca kembali dingin, mereka masuk lagi ke dalam liangnya. Lalu, ketika hari pertama musim panas tiba, mereka segera keluar dari sarangnya. Mereka tak dapat menunggu untuk keluar dari sarang mereka.
Demikian pelajaran berharaga yang ku dapat dari semut-semut yang mungkin menggangu dan menjengkelkan tersebut. Semoga memberi makna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar