Namanya backcaper, pasti selalu mencari
yang ekonomis untuk bisa menjelajah seluas dan sejauh mungkin, untuk masalah
akomodasi dan konsumsi, diusahakan pula kalo bisa mendapatkan gratis hehehe....
|
Dari kiri, Rio, Saya, Erwin dan Fanny |
Ya....., kami sangat beruntung, selama dua
hari tinggal di Pulau Siau, teman kami Rio dan Jelly menerima kami dengan
sangat baik. Selain menyediakan tempat untuk kami menginap, dan meminjamkan
mobil dan motornya buat kami jalan-jalan, mereka juga menyediakan makanan buat
kami. Itulah sebabnya, kami selalu berdoa semoga keluarga baru ini
semakin diberkati.
|
Sebelum meninggalkan pelabuhan Ondong |
Esoknya, 7 Oktober 2011 kami harus kembali ke Manado dan berencana mau
mencoba menaiki kapal cepat turbo jett Prima Oasis, yang harga tiket kelas
ekonominya Rp. 125.000,-. Namun sayang, ternyata kapal ini banyak sekali
peminatnya. Jika tidak pesan tiket pada jauh-jauh hari, mungkin tidak kebagian
tiket. Karena rute kapal ini adalah dari Tahuna Kepulauan Sangihe kemudian baru singgah ke Siau setelah itu
mampir ke Tanggulandang, baru kemudian ke Manado. Jadi bisa saja sebelum sampai
di Siau, penumpang dari Tahuna sudah berjubel.
|
Menikmati kelas VIP nya KMC Express Bahari |
Karena tidak mendapatkan tiket kapal Turbo
Jet Prima Oasis, maka terpaksa kami membeli tiket kapal cepat Express Bahari.
Rencananya karena kami adalah seorang backcaper, jadi hanya mau membeli kelas
ekonomi saja, dan uang tiket kami titipkan ke teman kami Rio karena agen
penjualan tiketnya ada di dekat kantornya. Eee....ternyata dia mengupgrade
tiket kami dari kelas ekonomi menjadi kelas VIP, diatasnya kelas exekutif.
Meskipun tidak kesampaian naik kapal Prima Oasis, namun kami mendapatkan kelas
paling prestisius di kapal Express Bahari.
Pukul 12 siang, kapal baru meninggalkan
pelabuhan Ondong, saat keluar dari pelabuhan karena cuaca waktu itu kurang baik
agak sedikit mendung dan berombak.
Sehingga kapal agak bergoyang. Namun meskipun saya mendapat tempat duduk paling
nyaman di kapal ini, dengan ruangan khusus ber AC dan fasilitas TV paling besar
serta mendapat pelayanan paling istimewa dibandingkan penumpang di kelas lain,
namun sepanjang perlananan saya lebih banyak menghabiskan di luar, duduk di dek
belakang yang terbuka sambil menikmati pemandangan gugusan pulau-pulau yang
dilewati.
|
Meninggalkan perairan Pulau Siau |
Jika menggunakan kapal cepat, jarak tempuh
dari pulau Siau ke Pulau Tanggulandang hanya membutuhkan waktu satu jam. Ketika
singgah di pulau Tanggulandang, pelabuhan yang digunakan tidak seperti waktu
kami berangkat menggunakan kapal ferry.
Pelabuhan untuk kapal cepat berada di sebelah barat yang tepat berada di
samping pulau Gunung Ruang, sedangkan pelabuhan ferry berada di sebelah timur
pulau. Sehingga saya sudah melihat semua kondisi dan situasi pelabuhan yang ada
di pulau itu, meskipun hanya dari atas kapal.
|
Pulau Gunung Api Ruang di sebrang Pulau Tanggulandang |
Pulau Gunung Ruang yang tepat berada di
depan pelabuhan, merupakan gunung Aktif yang dimiliki pulau Tanggulandang, dan
pernah meletus dhasyat pada beberapa
tahun yang lalu. Bekas letusannya masih tampak jelas dengan melelehnya lahar
panas yang telah membeku dari atas gunung sampai ke pantainya. Untuk sementara
ini, gunung ruang tertidur kembali dan tidak ada aktivitas vulkaniknya, namun
warga di pulau Tanggulandang masih perlu waspada jika sewaktu-waktu gunung ini
terbangun dari tidur pulasnya.
Seperti biasa, setiap kali kapal
singgah di pulau ini, maka akan banyak
ibu-ibu warga Pulau Tanggulandang yang menaiki kapal untuk menjajakan buah salak
hasil kebunnya. Seperti yang telah dibahas pada bagian pertama dari kisah ku
ini, pulau ini memang diberkati dengan hasil kebun salaknya. Sehingga oleh-oleh
khas ketika dari Siau, selalu ditanya salak Tanggulandangnya. Harganya pun cukup murah, apalagi jika kapal
sudah mau berangkat, harganya bisa ditawar turun dua kali lipat dari harga
penawaran awal.
|
Pelabuhan Kapal Cepat Pulau Tanggulandang |
Setelah menaikan penumpang dari pulau
Tanggulandang yang akan ke Manado, kapal pun berlayar kembali. Pada
pelayarannya kali ini, kapal Express Bahari akan singgah lagi mengambil
penumpang lagi di Pulau Biaro. Biasanya pada pelayaran regulernya, setelah dari
Pulau Tanggulandang akan langsung menuju Manado, namun kali ini saya
mendapatkan kesempatan langka. Karena kapal yang kami naiki akan mampir dulu ke
Pulau Biaro. Perjalanan dari Tanggulandang ke Pulau Biaro tidak sampai memakan
waktu 1 jam, mungkin hanya sekitar 30-40 menit.
|
Menginggalkan Perairan Pulau Tanggulandang |
Ketika memasuki sebuah teluk Biaro
untuk menuju pelabuhannya, banyak dari penumpang yang berada di kelas VIP dan
Exekutif keluar di dek kapal untuk melihat lebih jelas pulau Biaro. Ternyata
banyak orang yang berasal dari pulau Siau, belum pernah melihat langsung dari
dekat pulau Biaro, biasanya mereka hanya melewatinya saja dari kejauhan ketika
menuju Manado atau sebaliknya dengan menggunakan kapal. Jadi kami merasa
beruntung, karena ini adalah pelayaran kami yang perdana, dan kami mendapatkan kesempatan
langsung melihat secara dekat pulau Biaro.
|
Memasuki sebuah teluk di pelabuhan Pulau Biaro |
|
Tampak pelabuhan pulau Biaro |
Dari pelabuhan Biaro yang terlindung
oleh sebuah teluk, tidak tampak terlihat rumah-rumah penduduknya. Mungkin
rumah-rumah penduduk pulau Biaro berada di balik bukit dari pelabuhan ini.
Pulau ini lebih kecil bila dibandingkan dengan pulau Siau atau pulau
Tanggulandang, dan jumlah penduduknya pun lebih sedikit, dan nampaknya kondisi
kesejahterannya tak seberuntung dengan warga dari dua pulau tadi.
|
Menaikan rombongan penumpang dari Pulau Biaro |
Pulau Biaro tidak mempunyai gunung
api, sehingga tanahnya tidak sesubur seperti tanah di Pulau Siau atau di Pulau
Tanggulandang. Tidak ada komonditas perkebunan yang dihasilkan dari tanah pulau
ini. Dari atas kapal saya melihat, lebih banyak hamparan rumput ilalang yang
menutupi bukit-bukit dan beberapa pohon keras serta kelapa, namun tak serimbun
dari kedua pulau yang ku datangi sebelumnya. Sehingga penduduknya hanya hidup
dengan mengandalkan hasil tangkapan ikan saja.
Ternyata alasan kapal ini singgah ke
pelabuhan Pulau Biaro adalah untuk mengambil rombongan penginjil yang nampaknya
baru saja membuat acara KKR di pulau ini. Hanya sekitar 15 menit, setelah
penumpang naik semua, kapal pun berlayar kembali menuju pelabuhan Manado.
|
Fanny in action, sepanjang pelayaran ini. |
Sepanjang perlajanan, dek terbuka di
belakang kapal masih menjadi tempat favorit saya dibandingkan kursi empuk di
kelas VIP yang menjadi hak saya sebagai pemegang tiket kelas VIP. Di area
terbuka itu, saya bisa melihat pemandangan diluar secara lebih luas dan bebas.
Karena ketika kapal memasuki perairan Bitung, kapal akan melewati gugusan
pulau-pulau seperti pulau Talise dan beberapa pulau lain, dan hamparan pesisir
pantai dari tanah Sulawesi Utara. Hingga
akhirnya pukul 17.45 Wita atau pukul 6 kurang lima menit sore, kapal sudah bersandar
di Pelabuhan Manado.
Demikianlah kisah perjalananku
mengelilingi Kabupaten Kepulauan SITARO (Siau Tanggulandang Biaro) yang
terlambat posting ini. Semoga memberi inspirasi untuk rencana travling anda.
Matur thankyu.
maksudnya "backpacker" kali ya om.... bukan backcaper......
BalasHapusoo iya... sorry salah ketik. thanks udah di koreksi,
BalasHapussudah mengunjungi karimunjawa belum ni bos...? www.cityofjepara-karimunjawa.blogspot.com
BalasHapussaya dulu mantan anak karimun boss, tapi karena satu dan lain hal.. terpaksa meninggalkan pulau cantik itu. terakhir kesana thn 2007, dan skrg baru lagi cari sponsor untuk kesana lagi, untuk bisa bercerita lebih banyak lagi tentang Karimun Jawa yg sekarang.
HapusGak sengaja masuk ke blog ini pas searching tentang SITARO. Sebelumnya ada 3 orang dari Pemkab SITARO yg sedang orientasi lapangan Diklat Kepemimpinan Eselon IV ke Pemkot Surabaya, dan saya tertarik untuk mengetahui tentang SITARO karena baru sekali itu saya dengar nama SITARO. Dan membaca tulisannya mas Alviant ini, saya bayangkan betapa indah SITARO. Belum lagi pulau yang tak berpenghuni, pasti masih sangat alami.
BalasHapusOh iya, btw Karimunjawa skrg sudah sangat ramai, ada kafe2 segala disana heheheee...