Menutup semua rangkaian acara pelaksanaan Natal yang telah diselenggarakan selama bulan Desember tahun lalu, masyarakat Minahasa, mempunya tradisi unik yaitu tradisi “Kunci Taon”, atau disingkat “Kuncikan” disebut juga dengan nama “Pigura”. Tradisi ini diselenggarakan setahun sekali, yaitu setiap hari Minggu pada bulan Januari.
Biasanya di setiap kampung, saat moment-moment tersebut beberapa kelompok masyarakat yang biasanya terdiri dari kelompok lingkungan maupun gereja, mengadakan pawai keliling kampung dengan mengenakan pakaian-pakaian yang lucu-lucu, atau dengan mengangkat tema-tema sosial, seperti layaknya pergelaran pawai karnaval 17 Agustus.
Dari pawai-pawai di kampung-kampung tersebut yang dapat menarik perhatian pengunjung dari berbagai daerah maka, sudah hampir tiga tahun ini pemerintah kota Manado dalam rangka menunjang Manado sebagai kota pariwisata dunia, tradisi “Kuncikan” diselenggarakan dalam sebuah festival, dengan melakukan penilaian pada atraksi dan penampilan yang terbaik. Dan kegiatan ini pun menjadi puncak dari perayaan Pigura, yang diselenggarakan pada hari Minggu akhir bulan Januari.
Kegiatan ini mendapat apresiasi yang luar biasa dari masyarakat, dengan banyaknya peserta yang mengikuti event tersebut. Tua dan muda turut ambil bagian dalam pelaksanaan Pigura, dengan melakukan pawai keliling kota Manado. Bahkan ada seorang Nenek yang berusia sekitar 80 tahunan, tampak bersemangat menjadi peserta dalam festival tersebut dengan mengenakan seragam anak SMA, mengusung tema pendidikan. Para penonton pun berjubel memadati ruas-ruas jalan yang dilewati pawai Pigura ini.
Menurut salah seorang pengunjung Pak Yansen, tradisi Kunci Taon atau Pigura ini merupakan sebuah tradisi untuk menutup semua rangkaian kegiatan pelaksanaan perayaan Natal yang dirayakan di bulan Desember. Dan tradisi ini sudah ada turun-menurun di daerah Minahasa pada umumnya. Sehingga setiap tahun pasti ada pawai semacam ini yang di gelar di kampung-kampung maskipun hanya skala kecil.
Biasanya di setiap kampung, saat moment-moment tersebut beberapa kelompok masyarakat yang biasanya terdiri dari kelompok lingkungan maupun gereja, mengadakan pawai keliling kampung dengan mengenakan pakaian-pakaian yang lucu-lucu, atau dengan mengangkat tema-tema sosial, seperti layaknya pergelaran pawai karnaval 17 Agustus.
Dari pawai-pawai di kampung-kampung tersebut yang dapat menarik perhatian pengunjung dari berbagai daerah maka, sudah hampir tiga tahun ini pemerintah kota Manado dalam rangka menunjang Manado sebagai kota pariwisata dunia, tradisi “Kuncikan” diselenggarakan dalam sebuah festival, dengan melakukan penilaian pada atraksi dan penampilan yang terbaik. Dan kegiatan ini pun menjadi puncak dari perayaan Pigura, yang diselenggarakan pada hari Minggu akhir bulan Januari.
Kegiatan ini mendapat apresiasi yang luar biasa dari masyarakat, dengan banyaknya peserta yang mengikuti event tersebut. Tua dan muda turut ambil bagian dalam pelaksanaan Pigura, dengan melakukan pawai keliling kota Manado. Bahkan ada seorang Nenek yang berusia sekitar 80 tahunan, tampak bersemangat menjadi peserta dalam festival tersebut dengan mengenakan seragam anak SMA, mengusung tema pendidikan. Para penonton pun berjubel memadati ruas-ruas jalan yang dilewati pawai Pigura ini.
Menurut salah seorang pengunjung Pak Yansen, tradisi Kunci Taon atau Pigura ini merupakan sebuah tradisi untuk menutup semua rangkaian kegiatan pelaksanaan perayaan Natal yang dirayakan di bulan Desember. Dan tradisi ini sudah ada turun-menurun di daerah Minahasa pada umumnya. Sehingga setiap tahun pasti ada pawai semacam ini yang di gelar di kampung-kampung maskipun hanya skala kecil.
Snapshot Kunci Taon 2009
Peserta dari salah satu Kelurahan
Walikota Manado (katanya sih..)
Ayoo... Sekolah (biar tua yang penting rajin sekolah)
Tarian Cakalele
Kesenian Musik Bambu
goooGkiiLL baNgEeddd ,,,,
BalasHapus