
Kebetulan kali ini aku mendapat alternative tempat liburan yang lumayan menarik, dan cukup keren yaitu pergi ke “SWIS”. Untuk dapat pergi ke Swis (Sekitar Wilayah Sanger) cukup naik kapal dari pelabuhan Manado dengan membeli tiket Rp.110.000,- untuk kelas ekonomi dan Rp.230.000,- untuk kelas VIP, dengan waktu perjalanan sekitar 10 jam perjalanan laut. Ya… tujuanku kali ini adalah menuju ke kepulauan Sangihe, yaitu sebuah Pulau yang terletak di sebelah utara Kota Manado atau secara geografis Kepulauan Sangihe terletak di 2o 04’13” – 4o 44’22” LU dan 125o 9’28 – 26’57” BT dan posisinya terletak diantara Kab. Kepulauan SITARO dan Pulau Mindanau (Filipina).

Pukul 05.00 Wita, kapal merapat di pelabuhan Tahuna. Meskipun masih pagi sekali, tetapi suasana di pelabuhan sudah sangat ramai dengan para penjemput dan para porter yang menawarkan jasa angkat barang. Setelah turun dari kapal, kami lantas segera mencari kendaraan yang mengantarkan kami ke Petta, salah satu daerah yang kami tuju. Beruntung kami mendapatkan mobil bak terbuka, meskipun sudah diminta untuk duduk dimuka, tetapi saya lebih memilih untuk duduk di belakang supaya dapat melihat pemandangan secara lebih leluasa.
Tentang Kabupaten Kepulauan Sangihe
Kep. Sangihe merupakan daerah administrative Kabupaten, dengan kepala daerah yang dipimpin oleh seorang Bupati, dengan kota administratifnya di Tahuna. Luas wilayah Kab. Kep. Sangihe secara keseluruhan adalah 11.863.58 Km2 yang terdiri dari luas wilayah laut : 11.126.61 Km2 dan luas wilayah darat : 736.97 Km2. Kabupaten ini sudah mengalami dua kali pemekaran, yang sebelumnya luas wilayah administratifnya sebelum tahun 2002 meliputi Kab. Kep. Talaud dan Kab. Kep. SITARO. Tetapi setelah pemekaran pertama pada tahun 2002, Kabupaten ini telah memisahkan Kepulauan Talaud untuk menjadi daerah kabupaten sendiri, dan pemekaran kedua terjadi pada tahun 2007 untuk memekarkan daerah Siau, Tanggulandang dan Biaro (SITARO) menjadi daerah kabupaten sendiri.

Rata-rata sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah nelayan, dan sebagaian lainya adalah petani dan pedagang. Hasil utama pertaniannya adalah kelapa dan pala. Agama yang dianut oleh masyarakat Kep. Sangihe adalah sebagian besar beragama Kristen Protestan dan Islam. Sedangkan etnis yang ada disana adalah etnis Sanger, tionghua, dan minahasa atau etnis-etnis lain yang datang dari jawa dan daerah lain.

Berburu barang Filipina di Kota Petta
Kota ini adalah kota perdagangan, selain di Tahuna. Sehingga nama Petta sendiri sebenarnya adalah nama pasar. Tetapi pasar disini tidak setiap hari ada, dalam seminggu terdapat tiga kali hari pasar yaitu pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Pada hari-hari tersebut masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah Petta, seperti dari pulau Nusa tambuka, dan dan daerah-daerah lain semua turun ke Petta untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok dan kebutuhan-kebutuhan lain. Pantas saja, orang tua teman saya yang dari Petta ini adalah salah satu pengusaha yang membuka usaha toko kelontong, dan usahanya tampak eksis disana. Sebab setiap hari pasar, tokonya penuh dipadati oleh pembeli yang datang dari beberapa daerah di sekitar Petta.


Masyarakat kepulauan Sangihe, pada umumnya adalah masyararakat yang ramah dan terbuka bagi para pendatang. Akses transportasi yang melayani adalah dengan transportasi laut, dilayani dengan beberapa kapal yaitu KM. Tera Sancta, KM. Mekar Teratai, KM. Ave Maria serta KMC. Bahari Express. Hampir tiap hari kapal-kapal ini melayani penyebrangan dari Pelabuhan Manado ke Pelabuhan Tahuna begitupun sebaliknya. Di Kep. Sangihe juga terdapat air port / bandara dengan beberapa maskapai yang melayani penerbangan dari Bandara Sam Ratulagi ke Bandara Naha Sangihe, antara lain adalah Wings Air Line, Deraya, dan Merpati. Tetapi penerbangan ke Naha masih jarang-jarang, mungkin dua minggu sekali karena penumpangnya masih sangat kurang.