Pernahkah terbayangkan jika sajian masakan istimewa, yang dimasak oleh seorang cheef terkenal dari sebuah restoran mewah, lalu disajikan di hadapan kita. Ternyata dimasak dengan menggunakan api yang berasal dari kotoran manusia, atau kotoran hewan ?
Mungkin sebagian dari kita masih merasa jijik, jika mengetahui asal muasal sumber api tersebut. Namun pada dasarnya, api yang berasal dari kotoran kita, atau kotoran hewan dengan api yang berasal dari gas Elpigy yang biasa kita kenal selama ini, itu hampir sama. "Sama-sama gas, sama-sama dapat menghasillkan api yang berwarna biru, dan jika dibuka gasnya tanpa dibakar akan sama-sama bau, yang baunya hampir sama tidak enaknya". Perbedaannya adalah, jika gas Elpigy harganya mahal, diambil melalui proses penambangan dari dalam pertu bumi, kemudian pemasarannya dimonopoli oleh "Pertamina". Namun jika Biogas, harganya sangat murah bahkan bisa gratis....tiss...tisss, proses eksploitasinya cukup dengan nongkrong di WC yang tiap hari kita lakukan dan tinja atau kotoran yang kita hasilkan ditampung dalam sebuah reaktor/digester, maka dari digister itulah dihasilkan biogas untuk memasak makanan kita. hmmm..... yuummyyy.... bukan..??!!
Ya.... biogas adalah salah satu alternative sumber energy terbarukan, yang ramah lingkungan, cukup ekonomis dan efisien. Biogas dihasilkan dari proses fermentasi dari limbah-limbah organik seperti kotoran hewan ternak, limbah industri pengolahan hulu kopi atau kakao, atau limbah pabrik tahu, termasuk kotoran kita manusia, pokoknya limbah-limbah yang mudah terurai oleh microba. Limbah organik tersebut, sebelumnya ditampung dalam sebuah digester atau semacam spettank khusus, seperti pada foto diatas, (itu merupakan digister biogas yang dimiliki oleh Puslit Kopi dan Kakao Jember Jawa Timur, untuk mengolah limbah pengolahan kopi dan kakao menjadi biogas). Didalam degister tersebut, limbah organik tersebut akan mengalami proses kimiawi, dengan dibantu oleh microba-microba pengurai dalam waktu beberapa hari hingga mengalami pembusukan. Nah proses pembusukan tersebut akan menghasilkan gas, yang disebut sebagai "gas metan". Gas metan ini akan naik memenuhi kubah dari digister, dari kubah digister tersebut kemudian gas metan dialirkan melakui pipa atau selang langsung ke kompor masak. Maka jadilah sebuah sumber energy yang murah meriah, ekonomis, praktis, dan ramah lingkungan.
Kotoran dari peternakan sapi seperti diatas, adalah merupakan berkah tersendiri apabila dipadu dengan pemanfaatan biogas sebagai sumber energi alaternatif. (foto saya ambil di kandang Pakde Bejo, saudara saya di desa Kauripan Bagelen Kab. Purworejo pada beberapa bulan lalu). Karena dari kotoran sapi yang dihasilkan tiap harinya dari peternakan sapi ini, akan menghasilkan biogas yang jumlahnya cukup besar pula.
Diatas adalah bentuk biogas, yang kubahnya menyerupai atap rumah, dipasang berjejeran dengan sistem flup up, artinya kubah digister bisa naik turun seiring dari isi tekanan biogas yang dihasilkannya. Apabila biogas yang dihasilkan banyak, maka kubah akan naik keatas, dan apabila biogas yang dihasilkan habis atau menipis, kubah akan turun kebawah.
Digister Biogas Sederhana
Diatas adalah contoh bentuk digister sederhana sistem flup up, yang terbuat dari beberapa drum bekas yang disambung-sambaung dengan menggunakan last. Salah satu ujungnya adalah tempat untuk memasukan kotoran. Sementara ujung lainnya yang lebih tinggi adalah kubah penampung gas metan penghasil biogas.
Kompor dan Mesin Berbahan Bakar Biogas.
Ini adalah kompor, seperti kompor gas pada umumnya yang menggunakan bahan bakar biogas. Biogas tersebut dapat ditampung dalam sebuah tanki atau pada ban mobil bekas.
Video Biogas
Dari video diatas dapat dilihat, bagaimana biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk menghidupkan mesin yang biasanya menggunakan bahan bakar bensin.
Vodep Reaktor/Digister Biogas Sederhana
Video Diatas adalah contoh sederhana dari penampang reaktor biogas, yang dapat ditiru untuk diaplikasikan. Cukup simpel, hanya dengan menggunakan beberapa drum yang dilas.
Media Penampungan Biogas Sementara
Biogas yang dihasilkan dari reaktor/digester supaya bisa lebih banyak dan dapat digunakan dalam waktu yang lama, dapat ditampung atau disimpan dengan menggunakan ban mobil bekas, atau tengki angin. Seperti pada video diatas, terlihat beberapa buah ban bekas yang disusun untuk menampung biogas dari digester.
Nah bisa dibayangkan, jika Biogas yang telah saya ulas diatas dapat diaplikasikan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pasti Pertamina akan kehilangan konsumen gas Elpiginya, bahkan bisa merambah juga pada pengurangan penggunaan bensin sebagai bahan bakar.
Jika dibilang gratis sih tidak, cuma memang butuh modal awal untuk membuat digiseter/reaktornya. Besar dananya pun cukup relatif tergantung dari ukuran dan jenis bahan yang digunakan. Namun setelah memiliki reaktor tersebut, akan dirasakan dampak positifnya terutama dalam efisiensi dan ekonomis. Karena tak ada lagi uang minyak atau uang untuk beli gas elpigi yang harus keluar untuk memasak. Atau apabila punya industri rumahan yang membutuhkan tenaga mesin untuk penerangan atau proses produksi lain, yang biasanya menggunakan bensin sebagai bahan bakarnya, dengan mempunyai reaktor biogas sendiri, uang beli bensin pun bisa di minimalisir.